Beranda Opini Meneladani Habib Luthfi dalam Hal Berbuka Puasa dan Sahur

Meneladani Habib Luthfi dalam Hal Berbuka Puasa dan Sahur

0
sumber: NU Online
sumber: NU Online

Oleh: M. Heru Sunarko (Mahasiswa Pascasarjana UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan)

Maulana Habib Luthfi bin Yahya adalah sosok Habib, ulama dan tokoh agama Islam yang sangat terkenal di Indonesia, terutama di daerah Pekalongan. Bahkan beliau juga dikenal diluar Indonesia. Beliau dikenal karena kegiatan dakwahnya yang luas pengaruhnya dalam menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam, memperkuat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim) serta sikap nasionalismenya terhadap Tanah Air Indonesia. Maulana Habib Luthfi merupakan Ketua Ulama Sufi Dunia juga dipercaya menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dan masih banyak lagi yang dipercayakan kepada beliau.

Kiprah Maulana Habib Luthfi dalam memberikan ceramah, pengajaran agama Islam, dan menginspirasi umat Islam di Indonesia sangat dikagumi, dihargai dan juga diakui oleh banyak kalangan masyarakat Indonesia hingga kediaman beliau tidak pernah sepi dari tamu-tamu yang ingin bertemu. Tidak heran banyak orang yang kemudian berkhidmat dan mengikuti Maulana Habib Luthfi. Salah satu orang yang berkhidmat dan mengikuti beliau adalah Habib Muhdor Admad Assegaf seorang yang juga habib dan penulis buku Cahaya Dari Nusantara. Buku yang menceritakan tentang kecintaan dan kekaguman kepada Maulana Habib Luthfi.

Dalam buku yang ditulis oleh Habib Muhdor itu terdapat cerita tentang bagaimana berbuka puasa dan sahur yang dilakukan oleh Maulana Habib Luthfi. Dalam bulan Ramadhan seperti sekarang ini, umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa dimana harus menahan lapar, haus dan aktivitas-aktivitas tertentu dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. Berbuka puasa dan sahur menjadi kegiatan yang penting disetiap bulan Ramadhan bagi umat muslim.

Buka puasa adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang merujuk pada tindakan mengakhiri puasa pada waktu maghrib dengan mengkonsumsi makanan atau minuman. Ketika waktu berbuka puasa telah tiba, yang dilakukan Maulana Habib Luthfi terlebih dulu yaitu mengambil air putih dan berkumur sebanyak tiga kali. Kemudian beliau berdoa dan menyantap tiga biji kurma yang ukurannya cukup besar. Maulana Habib Luthfi lalu meminum kopi setelah menyantap kurma dan barulah beliau mengambil korek api dan merokok. Mengkonsumsi makanan dan minuman lainnya baru beliau santap setelah shalat tarawih sekitar pukul 22.00 WIB.

Ketika waktu sahur tiba, makan bersama dengan keluarga besar biasa dilakukan oleh Maulana Habib Lutfi. Bersama dengan istri, anak, menantu, cucu, santri dan khadim. Suasana di rumah beliau pun menjadi semarak ditambah menu makanan sahur yang beraneka macam. Menjelang waktu imsak, Maulana Habib Luthfi kembali menyantap sama seperti di awal beliau waktu berbuka buka puasa yaitu dengan menyantap tiga biji kurma. Diakhir kemudian beliau minum air putih hangat yang menjadi kesukaan beliau. Sahur sendiri merupakan waktu makan atau santap sahur dini hari sebelum terbitnya fajar untuk memberikan energi selama seharian menjalankan ibadah puasa.

Begitulah kebiasaan yang dilakukan oleh Maulana Habib Luthfi dalam kegiatan berbuka puasa dan sahur di bulan Ramadhan. Banyak dari para habib dan ulama lain yang pasti memiliki kebiasaan-kebiasaan tersendiri yang dapat dicontoh oleh para santri-santrinya dan kalangan masyarakat muslim. Seperti kebiasaan yang dilakukan oleh Maulana Habib Luthfi  ini yang dapat dicontoh dan tentunya memiliki pendidikan ruhaniyah tersendiri.

Saya ingin melatih diri saya untuk berpuasa dengan sebenarnya, yakni karena iman; mengharap rida Allah Swt. dengan menahan nafsu dengan seutuhnya, tanpa memikirkan apapun saat berbuka.” Begitulah kata-kata dari Maulana Habib Luthfi yang merupakan jawaban beliau saat ditanya oleh para santrinya terkait dengan kebiasaan-kebiasaan yang beliau lakukan ketika berbuka puasa dan sahur di bulan Ramadhan.

Menurut Maulana Habib Luthfi yang merupakan sosok Ketua Ulama Sufi Dunia ini, puasa para shalihin, ahli tasawuf dan orang-orang pilihan (khawashul khawas) memfokuskan perhatiannya tidak hanya pada tataran fikih atau hal-hal yang membatalkan puasa saja. Melainkan pada hal-hal yang bersifat ruhaniah. Hal-hal yang dapat merusak pahala dan fungsi disyariatkannya ibadah puasa. Fungsi dan hakikat dari berpuasa yaitu menahan hawa nafsu dapat menghilang disaat orang mementingkan merancang makanan berbuka puasa sejak siang ditambah dengan menu makanan yang bermacam-macam.

Menjadi perhatian penting bagi masyarakat muslim dalam melaksanakan ibadah puasa terutama pada saat berbuka puasa dan sahur. Memperhatikan hal-hal yang bersifat ruhaniah disamping telah selesai dengan hal-hal yang ada ditataran fikih. Agar fungsi dan hakikat dari berpuasa tidak hilang dan tidak merusak pahala dari ibadah puasa dibulan suci Ramadhan ini.   

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini