Beranda Opini Pasar Kembang: Tradisi Khas Jelang Idul Fitri

Pasar Kembang: Tradisi Khas Jelang Idul Fitri

0
foto: jatimnet.com

Oleh: Ismuhadi (Mahasiswa ITSNU Pekalongan)

Bagi Masyarakat Jawa, khususnya di Pekalongan tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah pasar kembang. Pasar kembang merupakan dua hari terakhir di bulan Ramadhan, untuk H-2 masyarakat biasa menyebutnya dengan “Pasar kembang cilik”, sedangkan untuk H-1 menjelang lebaran disebut dengan “Pasar kembang Gedhe”.

Menurut saya, momentum lebaran memang selalu menjadi hari yang paling dinanti-nanti oleh semua orang baik yang tinggal di kota maupun yang tinggal di desa. Beberapa daerah memiliki tradisi yang berbeda-beda dalam menyambut hari raya lebaran, tak terkecuali di Pekalongan.

Dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri, biasanya masyarakat juga menggelar kegiatan “nyekar” atau berziarah ke makam orang tua atau leluhur yang sudah meninggal. Pada moment itulah dulunya banyak dari masyarakat khususnya di Pekalongan berbondong-bondong pergi ke pasar untuk membeli bunga atau kembang dalam bahasa Jawa.

Sehingga tercipta istilah pasar kembang (Ke pasar untuk membeli bunga). Selain membeli bunga untuk nyekar banyak juga masyarakat khususnya orang-orang Jawa kuno membeli bunga untuk menghiasi rumah-rumah mereka dan biasanya digantungkan di pojok-pojok rumah sebagai hiasan.

Sesuai dengan namanya pasar kembang cilik dan pasar kembang gedhe merupakan sebuah pasar dadakan yang mana hanya ada pedagang bunga melati, bunga mawar, bunga kantil, kemangi, minyak wangi serta papan nisan.

Selain berbagai jenis bunga, terdapat beraneka ragam barang yang ditawarkan dalam kegiatan pasar kembang ini, mulai dari kurungan ketupat, beragam jenis unggas, parsel lebaran serta segala keperluan untuk hari lebaran.

Saya melihat tradisi pasar kembang ini, selain sebagai ajang untuk membeli kebutuhan Idul Fitri, pasar kembang ini juga menjadi salah satu ajang bertemunya berbagai kalangan masyarakat. 

Banyak anak-anak yang juga ikut senang dengan kehadiran tradisi pasar kembang ini, seringkali mereka diajak orang tua mereka ke pasar untuk belanja bersama, seperti dulu waktu saya masih usia SD.

Para pedagang sudah bersiap sejak habis sholat subuh, dari mulai pasar kembang cilik volume pedagang akan meningkat hingga pasar kembang gedhe, tentu hal ini akan menimbulkan kemacetan di jalan, sebab para pedagang menjual barang dagangannya di tepian jalan.

Fyi, Pekalongan dapat disebut sebagai salah satu daerah yang masih memegang erat tradisi atau adat-kebudayaan yang dimilikinya. Tradisi merupakan sebuah tindakan yang menyeluruh (tidak hanya dilakukan oleh satu atau dua orang saja) yang memiliki batasan waktu dan ruang serta bersifat turun-temurun.

Maka dari itu, konon tradisi Pasar Kembang ini tetap lestari tak lekang oleh waktu. Berbagai kendala yang pernah terjadi seperti krisis ekonomi dan sejenisnya terbukti tak mampu menghapus kekayaan khasanah budaya warga jawa ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini