Oleh: Tiara Ningrum dan Dilla Setiani*
Menghadapi tantangan ekonomi global yang semakin kompleks, Bank Indonesia (BI) mengambil langkah strategis dengan merencanakan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder pada tahun 2025. Langkah ini bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah tekanan global, termasuk fluktuasi nilai tukar, potensi perlambatan ekonomi, dan ketidakpastian kebijakan moneter di negara-negara maju. Dalam konteks tersebut, kebijakan ini memunculkan harapan besar, meskipun tetap menyisakan beberapa tantangan yang perlu diperhatikan dengan cermat. Kebijakan pembelian SBN oleh Bank Indonesia memiliki beberapa manfaat strategis yang signifikan bagi stabilitas makroekonomi Indonesia.
Pertama, pengendalian inflasi melalui pengelolaan likuiditas. Inflasi yang stabil merupakan indikator penting dari kesehatan ekonomi suatu negara. Dengan membeli SBN, Bank Indonesia dapat menambah likuiditas di pasar, sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga. Penambahan likuiditas ini diharapkan mampu menjaga stabilitas harga barang dan jasa, terutama dalam situasi di mana tekanan eksternal, seperti kenaikan harga energi atau pangan global, dapat memengaruhi inflasi domestik. Dalam jangka panjang, hal ini akan memperkuat daya saing ekonomi nasional.
Kedua, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Nilai tukar yang berfluktuasi dapat membawa dampak signifikan terhadap aktivitas ekonomi, terutama pada sektor perdagangan dan investasi. Melalui pembelian SBN di pasar sekunder, Bank Indonesia dapat meningkatkan kepercayaan pelaku pasar terhadap rupiah. Dengan demikian, kebijakan ini membantu menyeimbangkan permintaan dan penawaran valuta asing, serta mencegah terjadinya depresiasi yang berlebihan. Stabilitas nilai tukar juga penting untuk mendukung pengelolaan utang luar negeri pemerintah dan sektor swasta.
Ketiga, meningkatkan kepercayaan investor terhadap komitmen stabilitas ekonomi. Langkah Bank Indonesia untuk membeli SBN dari pasar sekunder menunjukkan komitmen yang kuat terhadap stabilitas perekonomian. Hal ini memberikan sinyal positif kepada investor, baik domestik maupun internasional, bahwa Indonesia tetap menjadi tempat yang menarik untuk berinvestasi. Kepercayaan yang meningkat ini dapat mendorong aliran modal masuk, yang pada akhirnya memperkuat cadangan devisa negara serta meningkatkan ketahanan ekonomi terhadap guncangan eksternal.
Langkah ini menawarkan berbagai manfaat, tetapi juga membawa risiko dan tantangan yang harus dikelola secara hati-hati untuk memastikan keberhasilan implementasinya. Salah satu risiko utama adalah pengaruh terhadap independensi bank sentral. Meningkatnya kepemilikan SBN oleh Bank Indonesia dapat menimbulkan kekhawatiran tentang potensi konflik kepentingan antara kebijakan moneter dan fiskal. Sebagai bank sentral, independensi Bank Indonesia sangat penting untuk memastikan pengambilan keputusan yang obyektif dalam menjaga stabilitas makroekonomi. Oleh karena itu, perlu ada mekanisme yang jelas untuk mencegah terjadinya ketergantungan fiskal pada bank sentral. Selain itu, peningkatan likuiditas yang berlebihan dapat membawa risiko inflasi di masa depan. Jika likuiditas yang dikeluarkan melalui pembelian SBN tidak dikelola dengan baik, tekanan inflasi justru dapat meningkat, yang pada akhirnya akan merugikan stabilitas ekonomi. Bank Indonesia perlu memastikan bahwa kebijakan ini dilakukan dengan pendekatan yang terukur dan mempertimbangkan dinamika pasar secara menyeluruh.
Guna memaksimalkan manfaat dan memitigasi risiko, pembelian SBN oleh Bank Indonesia harus dilaksanakan secara transparan, akuntabel, dan dengan koordinasi yang erat bersama pemerintah. Transparansi dalam proses ini akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dan pelaku pasar terhadap integritas kebijakan yang diambil. Selain itu, Bank Indonesia perlu menyusun mekanisme pengawasan yang ketat untuk memastikan bahwa pembelian SBN dilakukan sesuai dengan kapasitas pasar, tanpa menciptakan distorsi yang berlebihan. Kerja sama dengan Kementerian Keuangan juga menjadi penting, khususnya dalam menjaga kesinambungan fiskal dan memastikan bahwa pasar obligasi domestik tetap berfungsi secara efisien.
Rencana Bank Indonesia untuk membeli Surat Berharga Negara dari pasar sekunder merupakan kebijakan strategis yang bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah dinamika global yang penuh tantangan. Dengan pelaksanaan yang tepat, langkah ini tidak hanya membantu mengendalikan inflasi dan stabilitas nilai tukar, tetapi juga meningkatkan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia. Namun, keberhasilan kebijakan ini sangat bergantung pada kemampuan Bank Indonesia untuk mengelola risiko, menjaga independensinya sebagai bank sentral, serta memastikan sinergi yang kuat dengan pemerintah. Dalam konteks ini, transparansi, akuntabilitas, dan pendekatan yang terukur menjadi elemen kunci untuk mencapai hasil yang optimal. Sebagai masyarakat, kita perlu mendukung langkah ini sebagai bagian dari upaya bersama dalam menciptakan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan sinergi antara pemerintah, Bank Indonesia, pelaku pasar, dan masyarakat luas, Indonesia dapat menghadapi tantangan ekonomi global dengan percaya diri dan optimisme yang tinggi.
*Penulis merupakan mahasiswa Prodi Perbankan Syariah dan Tadris Matematika UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan





