Beranda Berita Hadiri Dies Natalis UIN Gus Dur Pekalongan, Inayah Wahid: Keragaman Bagian dari...

Hadiri Dies Natalis UIN Gus Dur Pekalongan, Inayah Wahid: Keragaman Bagian dari Humanisme

0

Pekalongan – Dalam memperingati Dies Natalis yang ke 27 tahun, Universitas Islam Negeri (UIN) KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan adakan Gelar Budaya dan Seminar Pemikiran Gus Dur dengan menghadirkan narasumber Putri Bungsu Gus Dur Inayah Wahid dan Zastrow Al-Ngatawi, seorang budayawan sekaligus mantan ajudan Gus Dur bertempat di gedung Student Center kampus 2 UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan, Minggu (05/05/2024). 

Dalam hal ini, Inayah Wahid berkesempatan untuk menjelaskan tentang pluralisme dan globalisasi, kosmopolitanisme yang ada pada diri Gus Dur.

“Saya sangat percaya bahwa pluralisme atau keragaman itu sendiri, itu adalah bagian dari humanisme. Ketika berbicara manusia, maka pasti akan berbicara keragaman. Kalau Anda tidak sepakat, Anda adalah bagian dari keragaman tersebut dan Anda akan mengekalkan pernyataan saya,” Jelasnya.

Inayah bercerita, bahwa Gus Dur itu kuliah di Mesir, bapaknya (Wahid Hasyim) itu seorang menteri. Itu memang menjadi sebuah privilege. Dan Inayah mengandaikan, jika dia jadi Gus Dur, dengan masa mudanya berkeliling Timur Tengah, dari Mesir, Baghdad hingga sampai ke Eropa, lalu pulang lagi ke Indonesia, mungkin jika dia yang menjadi Gus Dur, dia bakal berdiam diri di rumah saja, tanpa perlu membela minoritas lain. Dia bakal mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk diri sendiri.

“Saya punya gelar dari luar negeri, saya punya ilmu, saya punya privilege, maka yang saya akan lakukan adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk saya sendiri, terserah mau bagaimana masyarakat. Tapi untungnya, Gus Dur bukan saya,”tambahnya.

Ketika Gus Dur pulang, yang menarik adalah, ketika isi kepalanya sudah diisi globalisasi, akalnya menjadi sangat kuat. Seperti yang dijelaskan oleh Zastrow, sebagai pribumisasi, menjadi kelokalan. Karena globalisasi harus berawal dari mana kita berpijak. Dan itu yang paling kuat dari seorang Gus Dur, pemikirannya, isi kepalanya boleh mendapat asupan dari negara manapun, tapi dia tidak menjadi manfaat kalau dia tidak bisa diletakkan dalam konteks lokal.

“Dan itu yang tadi dijelaskan oleh Pak Zastrow dijelaskan sebagai tradisional, sekuler, modernitas, yang setara, sejalan dengan yang tradisional, tidak mengecilkan, tidak menganggap sesuatu yang 4.0 atau 5.0 adalah sesuatu yang lebih baik, dibandingkan sesuatu yang lokal.” Tutup Inayah.

Rektor UIN Gus Dur Prof. Zaenal Mustakim dalam sambutan pembukaannya menyampaikan, nama UIN ini tidak sembarangan, nama yang berkah, berkah untuk UIN Gus Dur, karena tanpa mengenalkan, berkoar-koar, semua orang sudah tahu siapa Gus Dur.

“Dengan betapa besarnya Gus Dur, bukan pada sosoknya tapi pemikirannya Gus Dur. Sehingga ini tidak akan selesai dikaji dalam ruang waktu yang terbatas, ini akan langgeng,”ucapnya.

Disampaikan, selagi zaman ini masih hidup, dunia ini masih ada, maka pemikiran Gus Dur ini akan selalu dikenang, dan akan selalu dikaji tidak akan selesai-selesai.

“oleh sebab itu termasuk hari ini, bapak-ibu sekalian, ini juga sekaligus embrio untuk menyusun paradigma keilmuan kita, yang akan saya kembangkan kaya apa, yang nanti akan disinggung sedikit oleh Kang Zastrow, insyaallah semester depan kita akan mulai memikirkan ini,”sambungnya.

Prof Zaenal menambahkan, bahwa pihaknya ingin UIN Gus Dur ini bukan sekedar namanya ditempelkan di UIN-nya, tapi ingin pemikiran-pemikiran Gus Dur ini betul-betul menginspirasi semuanya. 

“Menjadi pijakan kita untuk beraktifitas menyelenggarakan pendidikan, pengajaran, penelitian, dan juga pengabdian masyarakat untuk kita semua,”pungkasnya.

Seminar Pemikiran Gus Dur ini dihadiri oleh pejabat tinggi civitas akademika kampus UIN Gus Dur, seperti Prof. Zaenal Mustakim beserta tiga wakil rektornya, dosen, mahasiswa, Jaringan Gusdurian Pekalongan, dan masyarakat lainnya.

Pengirim: Fajri Muarrikh
Editor: Kang Anwar

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini