Beranda Opini Antara Otak dan Hati: Pendekatan Agama dan Sains Terhadap Gangguan Kecemasan

Antara Otak dan Hati: Pendekatan Agama dan Sains Terhadap Gangguan Kecemasan

0

Oleh: Ivo Ramadhani

Kecemasan sering kali dirasakan oleh seseorang jika akan menghadapi suatu hal. Dalam kecemasan tersebut seseorang akan merasakan rasa yang tidak nyaman, merasa khawatir yang berlebihan, cemas yang sulit dikendalikan dan itu hanya bersifat sementara. Namun, jika kecemasan tersebut berlangsung lama atau tidak bisa dikendalikan dan terjadi secara terus menerus maka bisa disebut gangguan kecemasan. Tidak jauh berbeda dari kecemasan, ciri-ciri seseorang yang menderita gangguan kecemasan hampir sama dengan seseorang yang menderita kecemasan. Namun, dalam gangguan kecemasan bersifat kronis dan sulit disembuhkan. Dengan hal ini, apakah otak dan hati dapat berperan dalam gangguan kecemasan dengan pendekatan Agama dan Sains? Mari bahas lebih lanjut.

Gangguan kecemasan (Axiety Disorder) merupakan kondisi gangguan jiwa seseorang yang ditandai dengan rasa cemas yang berlebihan, terus-menerus, dan sulit untuk dikendalikan, meskipun tidak ada penyebab yang jelas dan hal tersebut merupakan bentuk kecemasan yang patologis dan abnormal. Sifat dari gangguan kecemasan yaitu permanen (kronis) dan bisa semakin parah seiring berjalannya waktu. Seseorang yang mengalami gangguan kecemasan akan mengalami kesulitan dalam mengelola perasaan cemas mereka. Gejala yang dirasakan oleh seseorang yang mempunyai gangguan kejiwaan yaitu dapat bervariasi, namun sering kali meliputi gejala fisik, gejala emosional, gejala kognifikan.

Dalam agama islam terhadap gangguan kecemasan disebutkan di QS. Al-Baqarah ayat 155, yang berbunyi:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ۝١٥٥

“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang sabar.”

Dari ayat diatas menujukkaan kata “Sampaikanlah kabar gembira” yang ditunjukkan kepada mereka yang telah melakukakan kebaikan yang berlandaskan iman kepada Allah SWT. Perilaku tersebut sangat penting dilakukan karena takdir atau Keputusan Allah SWT untuk manusia sudah ditetapkan sejak zaman azaly (Irfan Afandi & M. Amir Mahmud, 2020). Oleh sebab itu, umat islam diajarkan untuk mencontoh kesabaran Rasulullah SAW dalam menghadapi setiap ujian, karena kesabaran merupakan kunci untuk memperoleh bantuan dan gajaran dari Allah SWT.

Dalam agama Islam telah memberikan beberapa Solusi untuk menangani Gangguan kecemasan, seperti :

  1. Terapi Zikir, sepertiyangdisebutkan dalam Al-Qur’an bahwa terapi zikir bisa menangani dalam gangguan kecemasan agar mengingat Allah. Allah SWT berfirman dalam QS Ar Ra’d ayat 28, dalam ayat tersebut menjelaskan keadaan orang-orang beriman, ialah orang yang senantiasa hatinya tentram karena selalu ingat Allah (dzikrullah). (Aditya Dedy Nugraha, 2020).
  2. Terapi Shalat, dalam Islam sendiri shalat merupakakn pilar utama agama yang wajib dilakukan oleh seluruh umat muslim dan itu menjadi amalan pertama yang akan diperhitungkan di akhirat kelak. Oleh sebab itu, shalat tidak hanya menjadi kewajiban melainkan menjadi kebutuhan bagi seorang muslim. Interaksi seseorang dengan Allah SWT melalui shalat dapat menciptakan kekuatan spiritual yang memberikan dampak positif yang nyata dalam aspek fisik serta mental. kekuatan spiritual dalam shalat dapat mengurangi rasa cemas yang berlebihan, mengatasi stres, dan menyembuhkan berbagai penyakit. (Hartini Mudarsa, 2022).
  3. Terapi doa, salah satu bentuk penyembuhan gangguan kecemasan dalam agama yaitu dengan melakukan terapi doa. Hal tersebut berkaitan dengan seseorang dan Allah SWT yang dapat menciptakan energi spiritual yang berpengaruh besar pada kondisi fisik dan spiritual seseorang. Doa menjadi sarana bagi seseorang untuk mengungkapkan keluh kesah mereka kepada Allah SWT yang menguasai seluruh alam, dan sering kali dianggap sebagai terapi bagi roh atau jiwa seseorang. (Imam Mustakim, Candra Arum Wijayanti, Nur Azizah, 2023).

Menurut sains, gangguan kecemasan bisa saja terjadi dan dinamakan kelainan psikologis. Kelainan tersebut bisa ditandai reaksi kecemasan yang berlebihan, merasa was-was setiap saat, mudah marah dan tersinggung, serta derita tersebut menetap dalam jangka waktu tertentu sehingga menggangu aktifitas seseorang. Menurt salah satu para ahli, yaitu Sigmund Freud dalam kecemasan sebagai hasil konflik antara dorongan insting, tuntutan superego (moral) dan kenyataan dari ego tersebut. Ia membagi kecemasan tersebut menjadi tiga jenis : kecemasan realistis , neurotik, dan moralistik.

Dalam sains khususnya dibidang psikoterapi ada solusi dalam menangani gangguan kecemasan, seperti Cognitive Behavior Theraphy (CBT) merupakan metode psikologis yang sering digunakan untuk mengatasi dan mengatur gejala kecemasan. Secara sederhana, terapi ini berfungsi untuk memahami pikiran seseorang. Sebagai suatu intervensi, terapi perilaku kognitif menganggap bahwa cara seseorang menilai situasi dapat mengubah emosi dan perilakunya. Reaksi emosi dan tingkah laku muncul dari cara seseorang menginterprestasikan situasi yang telah dihadapinya. Terapi ini percaya bahwa pikiran, perialku, dan emosi saling berkaitan. (Muhammad Hanifa Khairurahman, Nurul Hartini, B. Primandini Yunanda Harumi, 2021).

Otak dan Hati dalam kecemasan merupakan pengalaman yang tidak sederhana, dan seringkali kita merasa terperangkap antara pemikiran (otak) dan emosi (hati) kita. Keduanya memiliki peran yang sangat penting dalam cara kita mengalami dan bereaksi terhadap kecemasan. Peran Otak dalam Kecemasan yaitu sebagai pusat pengendalian bagi kecemasan. Bagian-bagian otak seperti amigdala (pusat yang mengatur emosi) dan korteks prefrontal (tempat pengambilan keputusan dan pemikiran) sangat berperan aktif. Peran hati dalam kecemasan bisa dari medis ataupun spiritual, seperti fisik (jantung) dan psikologi spiritual (perasaan, intuisi, kesadaran batin).

Interaksi antara otak dan hati bisa melalui dengan cara komunikasi antara otak dan jantung secara dua arah melalui saraf vagus, jika jantung memiliki kondisi tenang maka otak akan rileks, lalu kita otak panik maka jantung akan bergerak lebih cepat dari biasanya dan hal tersebut akan memperarah gangguan kecemasan.

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan gangguan kecemasan bisa diatasi walaupun tidak disembuhkan secara cepat. Dengan beberapa metode seperti dengan pendekatan agama bisa melalui Terapi Zikir, Terapi Shalat, Terapi Doa dan dengan pendekatan sains bisa dengan metode Cognitive Behavior Theraphy (CBT) dapat menangani gangguan kecemasan tersebut. Peran otak dan hati juga ikut andil dalam mengatasi gangguan kecemasan, peran antara dua tersebut bisa menjadi komunikasi antara otak dan jantung.

Referensi

NU Online, Tafsir AlWajiz, Jakarta : AlQur’an NU Online.

Irfan Afandi & M. Amir Mahmud (2020), Strategi Menghadapi Cobaan Dalam Al-Qur’an (Pemaknaan Tekstual dan Kontekstual terhadap Qs. Al-Baqarah : 155), Ar-Risalah : Media Keislaman, Pendidikan dan Hukum Islam.

Aditya Dedy Nugraha (2020), Memahami Kecemasan : Perspektif Psikologi Islam, Indonesian Journal Of Islamic Psychology.

Hartini Mudarsa (2022), Meta Analisis Efektifitas Terapi Shalat Dalam Mengatasi Gangguan Kecemasan Menurut Perspektif Psikoterapi Islam, Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam.

Imam Mustakim, Candra Arum Wijayanti, Nur Azizah (2023), Upaya Menumbuhkan Kepercayaan Diri Pasien Pra Oprasi Melalui Terapi Shalat dan Dzikir, Assertive Islamic Counseling Jurnal.

Muhammad Hanifa Khairurahman, Nurul Hartini, B. Primandini Yunanda Harumi (2021), Penanganan Gangguan Kecemasan dengan Terapi Kognitif Perilaku Secara Daring, Koferensi Nasional Psikologi Kesehatan IV.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini