Oleh: Dea Amanda Putri
Kamu pernah mendapatkan masalah dalam persahabatan, baik terkait pendapat atau hal lainnya? Jika pernah, bagaimana cara kamu mengatasinya, apakah hal tersebut berdampak bagi kesehatan mentalmu? Apakah kamu ingin tahu bagaimana cara memaafkannya dan apakah tindakan tersebut pantas dimaafkan? Ayo kita bahas bersama dalam perspektif sains dan agama Islam.
Ketika hubungan persahabatan sudah terjalin maka membutuhkan pemahaman yang baik untuk diri sendiri atau orang lain. Konflik dalam persahabatan akan terjadi jika tidak memahami satu sama lain dan terjadi mis komunikasi dalam suatu peristiwa. Kualitas hubungan persahabatan tidak hanya diukur dari kedekatannya saja namun dari kecerdasan emosionalnya, sehingga semakin baik kecerdasan emosionalnya semakin baik juga kualitas hubungan persahabatannya (Putri Damayanti, Haryanto, 2017).
Pertemanan itu bentuk kebersamaan yang menyenangkan, yang muncul melalui aktivitas bersama dan tujuan yang sama. Sehingga memberi peran dalam membangun persahabatan yang harmonis dan menyenangkan. Nilai dalam persahabatan mencakup saling memahami antar individu, termasuk hal-hal yang disukai, tidak disukai, dibutuhkan, serta berbagai hal yang membentuk perasaan. Hal ini mendorong untuk membangun kepercayaan, saling menolong, dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama ( Reza Pahlevi Ginting, Abdul Aziz, 2023).
Masalah dalam persahabatan sering muncul dalam sebuah kritik yang menyakitkan, sindiran, dan perbedaan pendapat. Jika ada konflik seperti ini jika dibiarkan bisa merusak hubungan. Persahabatan yang sehat membutuhkan saling pengertian, dukungan, dan kemampuan menyelesaikan perbedaan dengan baik. Kualitas persahabatan dapat menurun akibat konflik, namun ditingkatkan melalui kecerdasan emosional. Kecerdasan ini mencakup kemampuan menahan diri dan mengelola emosi, serta berempati dan mengendalikan diri Elza Diantika, 2017).
Saat terjadi kesalahpahaman kita perlu menyelesaikan masalah dan saling memaafkan. Dalam sains, memaafkan itu memiliki hubungan yang penting dalam keadaan psikologis, memaafkan memiliki pengaruh dalam mengurangi stres dan kecemasan dalam diri seseorang. Ketika memaafkan, mereka menciptakan ruang komunikasi yang lebih baik dan pemahaman antara mereka dan orang lain. Ketika hubungan sehat dan saling mendukung dapat menjadi sumber kekuatan dalam melawan depresi ( Dini Azizah, et al. 2024).
Dalam agama Islam maaf memiliki makna mendalam, bukan hanya sebagai pelepasan dari kesalahan, tetapi sebagai cara memperbaiki hubungan antara sesama manusia dan Tuhan. Dalam proses memaafkan, Al-Quran membagi dua aspek utama yaitu memberi maaf dan meminta maaf. Meskipun sulit dilakukan dengan tulus adalah tindakan yang memuaskan. Makna memaafkan yang sejati adalah meraih keridhaan Allah SWT (Lajnah Pentashihan, 2016).
Dalam psikologi, ada dua arti memaafkan, yaitu memaafkan kepada orang lain dan diri sendiri. Makna memaafkan bukan berarti membenarkan sebuah kesalahan, melepaskan tanggung jawab, atau melupakan kejadian (Emilia Mustary, 2021). Memaafkan dapat membantu mengurangi sifat negatif yang muncul setelah terjadi konflik. Namun, memaafkan tidaklah mudah, terutama oleh mereka yang sudah merasa sangat kecewa atas kesalahan di masa lalu, baik kesalahan diri sendiri maupun orang lain (Ulin Nihayah, et al, 2021).
Seseorang merasa marah, sedih, menyalahkan diri sendiri, bahkan depresi dapat diatasi melalui proses memaafkan. Menurut McCullough ada tiga aspek dalam memaafkan yaitu, a) keinginan melepaskan rasa ingin membalas dendam, b) keinginan untuk menjaga jarak dari seseorang yang telah menyakiti, c) keinginan untuk damai dan tetap mengharapkan kebaikan bagi orang tersebut ( Inge V.A, et al, 2021).
Seseorang yang masih menyimpan rasa negatif saat memaafkan tidak memenuhi makna sejati dari sifat pemaaf (Yahya Jaya, et al, 2023). Memaafkan sangat disarankan, terutama ketika seseorang telah menyadari kesalahannya. Sikap ini dapat meredakan konflik dan menunjukkan kebesaran hati serta kebijaksanaan. Tetapi, memaafkan tidak selalu benar kalau orang tersebut berulang kali melakukan kesalahan dan melampaui batas. (Irawati, 2023).
Konflik dan kesalahpahaman adalah hal yang wajar dalam persahabatan. Dalam proses tersebut, kita tidak hanya menyakiti orang lain, tetapi juga diri sendiri. Rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam bisa muncul dan berdampak negatif pada kesehatan mental jika tidak diatasi. Memaafkan diri sendiri bukan berarti membenarkan kesalahan, melainkan menyadari bahwa setiap orang bisa berbuat salah. Proses ini dapat membantu melepaskan beban emosional, memperbaiki hubungan, dan membuka peluang untuk berkembang.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan, bahwa memaafkan baik itu menurut psikologi atau ajaran Islam, memaafkan diri sendiri merupakan langkah penting menuju penyembuhan batin dan ketengan jiwa. Karena itu, kita bisa menjalani hidup lebih harmonis, menjalin hubungan yang lebih sehat, dan menjaga kualitas persahabatan. Karena itu, belajar memaafkan baik orang lain maupun diri sendiri adalah bagian dalam pendewasaan diri seseorang.
Referensi
Lajnah Pentashihan, Mushaf Al-Qur’an, Fenomena Kejiwaan Manusia, Tafsir Ilmi, (Jakarta:2016).
Emilia Mustary, Indonesian Journal Of Islamic Couseling, Pemaafan Dan Kesejahteraan Psikologis Individu, Vol.3, No.1, 2021.
Ulin Nihayah, Salsabila Ade Putri, Rahmat Hidayat, Indonesian Journal Of Counseling And Development, Konsep Memaafkan Dalam Psikologi Positif, Vol.3 , No.2 ,2021.
Inge V. A. Nalle, Husnul Khotimah, Jurnal Psikologi Tabularasa, Forgiveness Mahasiswa Ditinjau Dari Dukungan Sosial, Vol.15(1), April 2020.
Yahya Jaya, Dina Haya Sufya, Spiritualisasi Taubat Dan Maaf Dalam Optimalisasi Kesehatan Mental, (Cv Budi Utama:2023).
Irawati, Implementasi Budaya Saling Memaafkan Timbulkan Energi Positif Terhadap Lingkungan Sosial Perspektif Hadist, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.1, No.2, (2023).
Reza Pahlevi Ginting , Abdul Azis, Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang, Analisis Semantik: Nilai Persahabatan Antara Piko Dan Ucup Melalui Dialog Film Mencuri Raden Saleh, Vol.14 No.2, 2023.
Elza Diantika, Jurnal Psikologi, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Kualitas Persahabatan Pada Remaja Akhir, Vol. 10 No.2. 2017.
Dini Azizah, Muhammad Farras Hasya Rahmadhani, Nadiya Lestari, Konsep Forgiveness Dalam Islam Dan Kaitannya Dengan Kesehatan Mental, Jurnal Ilmiah Psikologi Dan Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.3 (2024).
Putri Damayanti1, Haryanto. Gadjah Mada Journal Of Psychology, Kecerdasan Emosional Dan Kualitas Hubungan Persahabatan, VO. 3, NO.2, 2017.





